Jumat, 27 Mei 2011

MEMBANGUN EKONOMI GAHARU DI NAGEKEO MELALUI KESIAPAN MANAJEMEN AGRIBISNIS LOKAL


Foto: Bupati Nagekeo, Drs. Yohanes S.Aoh, dan Ketua DPRD Nagekeo, Gaspar Batu Bata, SH.

Mimpi penulis, menjadikan Nagekeo sebagai Kabupaten Swasta secara bertahap akan mencapai sasarannya. Pertama, pengagas model Kabupaten Swasta ini bukan hanya omong doang, tetapi waktunya dihabiskan di kebun rakyat, bersama rakyat Nagekeo di desa-desa. Kita terus menanamkan spirit: membangun ekonomi gaharu, untuk hidup yang lebih bermartabat di setiap pedesaan. Tak kenal lelah kita gandeng tangan rakyat Nagekeo untuk menawarkan budaya menanam gaharu di tengah rakyat Nagekeo.
Kedua, Impian sederhana penulis, adalah menginginkan rakyat pedesaan di Nagekeo, mampu meraih kehidupan lebih layak (baca: lebih mudah mendapatkan uang dalam jangka panjang secara kontinu) melalui pembudidayaan tanaman gaharu secara tepat di areal kebun para petani setempat.
Ketiga, Membutuhkan SDM Pedesaan Nagekeo yang profesional, dalam menangani kebun gaharunya dengan menerapkan konsep manajemen agribisnis gaharu secara holistik.
Bagaimana memulai pembangunan ekonomi gaharu di Nagekeo? Penulis dalam hal ini sekaligus pengiat kebun contoh tanaman gaharu berlokasi di Dusun Aekana-Kelurahan Nangaroro Kecamatan Nangaroro, bersama rakyat sekitar mulai sedikit demi sedikit menanam anakan-anakan gaharu yang dibibit di Kebun contoh tersebut.  Sembari terus memperkuat SDM lokal dengan berbagai Pelatihan dan Workshop teknis budidaya gaharu di Indonesia.
Mulai dari Kampung, kita merangkul satu demi satu para peminat Gaharu Lokal Nagekeo, kemudian secara bertahap menjelaskan keberpihakan penulis,  dalam dialog dusun/kampung kita. Bagaimana budidaya gaharu secara holistik dan berkala. Itulah pekerjaan rumah yang pantas dikerjakan oleh penulis sehari-harinya.  
Pasca panen daun gaharu, dapat diramu menjadi minuman teh kesehatan di Indonesia. Jadi bukan saja batang dan akar gaharu dibutuhkan dalam prospek ekonomi Indonesia. Ternyata daun gaharu pun dapat dijadikan produk teh kesehatan yang bermutu tinggi bagi manusia dan bagi hewan      piaraan (baca:ayam,  sapi, kuda dan kerbau,dll).        
Secara khusus, penulis mendatangi Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Nagekeo  untuk berdiskusi tentang pembangunan Agribisnis Gaharu di Nagekeo, dengan mempromosikan salah satu jenis jamur Fusarium sp, dalam botolan yang nantinya dapat disuntik ke dalam batang pohon gaharu  yang berdiameter 35 cm atau lebih di masa datang.
Membangun daerah Kabupaten Nagekeo, bukan urusan satu dua orang saja , tetapi urusan kita yang memiliki kepedulian tinggi terhadap ekonomi gaharu Nagekeo ke depan.  Kita memiliki kemampuan lokal tentang tanaman budidaya tanaman gaharu lokal asli Nagekeo. Hal ini telah kita presentasekan dalam Forum “Konsorsium Berlian Hijau” yang dibentuk tanggal 9 Mei 2010 di Yogyakarta. Bahwa, gaharu lokal Nagekeo jenis Grynops, sp memiliki nilai ekonomi tinggi di mata pasar gaharu internasional. Olehnya segera mungkin, kita kembangkan penanaman tanaman gaharu oleh rakyat Nagekeo dan didampingi oleh Legisda dan Pemda Nagekeo cq. Dinas Kehutanan Kabupaten Nagekeo.
Bergandengan tangan dalam menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan Nagekeo, merupakan wujud kebersamaan kita berkultur Nagekeo di Flores ini. Dalam jangka pendek (baca: 2-3 tahun) ke depan kita akan merasakan industri minyak gaharu akan menjadi unggulan komoditas Kabupaten Nagekeo di pedesaan (baca: kaum pinggiran). Pelatihan SDM para Agribis Pedesaan tentang tanaman Gaharu Nagekeo terus dijadwal secara serius. Sehingga konsentrasi kita dapat menghasilkan tenaga kerja yang handal di bidang budidaya, pemasaran, perdagangan, dan diversifikasi produk gaharu Nagekeo secara optimal.
Menurut, Direktur Legisda (Lembaga Strategis Daerah Kabupaten Nagekeo), Frans Mado bahwa pembangunan rakyat di pedesaan Nagekeo lebih penting dibanding kita sibuk menghabiskan dana pembangunan di daerah perkotaan Nagekeo. Alasan bahwa jika agribisnis gaharu lokal ini dikembangkan secara optimal di daerah pedesaan, maka lahan yang kosong dan terlantar di daerah pedesaan itu dapat dimanfaatkan secara khusus bersama kelompok adat setempat, maka hasil perdagangan gubal gaharu dan minyak gaharu itu dapat meningkatkan pajak daerah Kabupaten Nagekeo, sehingga menjadi salah satu komponen pajak terbesar yang mampu menyumbang Pendapatan Asli Daerah bagi daerah Nagekeo.
Niat tulus Direktur Legisda, Frans Mado ini, telah disosialisasikan kepada Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Nagekeo tahun 2010 yang lalu.
Respon diskusi dan sosialisasi ini, telah direalisasikan dalam APBD Nagekeo tahun 2011, memberi alokasi anggaran khusus untuk tanaman gaharu sebanyak 19.000 anakan gaharu yang harus di tanam di kebun rakyat Nagekeo tahun 2011. Berkaitan dengan program gaharu masuk desa tersebut, perlu suatu kesiapan kita dalam mendata seberapa luas lahan tanaman gaharu, berapa pohon gaharu yang hidup saat ini. Olehnya para petani gaharu di pedesaan Nagekeo, wajib memberikan informasi teknis dan data lapagan kepada para petugas pendataan gaharu, sehingga kita dapat memprediksi kekuatan komoditas gaharu Nagekeo ini yang dapat dipromosikan dalam “ajang ekspo pertanian dan kehutanan di Indonesia masa sekarang dan mendatang”.
Untuk mendukung program pembangunan Ekonomi Gaharu di Nagekeo, Direktur  Legisda, Frans Mado  akan terus berkoordinasi dengan Pemda Nagekeo tentang efektivitas jamur Fusarium, sp terhadap hasil gubah gaharu lokal Nagekeo.
Sebagai mitra pemerintah, maka Legisda melakukan terobosan kecil, terus mempromosikan jamur Fusarium, sp (baca:dalam kemasan botolan); agar jamur ini tidak terkontaminasi dengan jenis jamur lainnya, melalui  teknis isolasi botol kaca yang memadai. Maksudnya agar kualitas jamur terkontrol dan dapat disuntik ke dalam batang gaharu lokal siap suntik di kebun petani gaharu Nagekeo dan menghasilkan gubal gaharu permanen yang berkualitas ekspor.
Eksistensi Legisda secara bertahap akan terus mengembangkan jalur  bisnis gaharu lokal, sehingga suatu saat mimpi penulis kesampaian, bahwa “Nagekeo dijadikan Pasar Sentral Gaharu Lokal untuk tujuan Internasional”. Jika impian itu tercapai maka akan banyak lapangan pekerjaan baru yang muncul di Nagekeo, sebagai akibat keseriusan kita membangun ekonomi gaharu secara profesional mulai dari pedesaan Nagekeo sampai perkotaan Kabupaten Nagekeo.
Kesungguhan pembangunan ekonomi gaharu di pedesaan Nagekeo, akan membawa dampak multiplier  efek yang dashyat pada pertumbuhan ekonomi rakyat pedesaan Nagekeo di masa datang. Kita harus mampu menghasilkan kualitas gaharu yang bertaraf internasional mulai dari pedesaan Nagekeo, sehingga informasi teknis yang mengandung cara-cara menghasilkan gaharu taraf internasional itu; harus selalu kita sosialisasikan ke para petani gaharu Nagekeo secara berkala.
Memang Frans Mado itu bukan orang kaya, namun niatnya yang tulus; senantiasa terus mengajak rakyat pedesaan Nagekeo untuk menaman tanaman gaharu di kebun mereka secara mandiri, sesuai dengan petunjuk teknis menanam. Usaha dan ajakan ini akan membuat petani gaharu Nagekeo akan menjadi calon orang kaya di pedesaan Nagekeo.
Sebagai pengiat gaharu lokal, Frans Mado terus menuntut ilmu dan teknologi tentang pengetahuan budidaya dan teknis pembuatan minyak gaharu dan teh gaharu, olehnya bersama Tim Legisda yang tergabung dalam Forum Konsorsium Berlian Hijau terus memacu diri ke jenjang yang lebih profesional dalam bidang dan penanganan komoditas gaharu di pedesaan Nagekeo. Berbagai pelatihan teurs diikuti dan harapannya ke depan akan menghasilkan nilai tambah bagi pembangunan SDM Nagekeo yang profesional dalam “Manajemen Agribisnis Gaharu Lokal Tujuan Pasar Gaharu Internasional”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar