Jumat, 27 Mei 2011

KOPI KEUSKUPAN LARANTUKA DIGELAPKAN, PT REROLARA RUGI 1 M


Foto: Suasana Semana Santa di Kota Reinha tahun 2010.

LARANTUKA, Flores File - Duka berkepanjangan sedang melanda PT. Rerolara Hokeng. Perusahaan milik Keuskupan Larantuka itu tengah meratapi raibnya 50 ton kopi. Bergesernya 903 karung kopi dari gudang milik perusahaan tersebut ke Semarang semenjak 19 Nopember 2008, ternyata tidak dibalas dengan aliran uang atas hasil jual beli tersebut. Hingga kini Bobi Beoang belum mempertanggungjawabkan keuangan tersebut. Tindakan tersebut, telah membuat PT. Rerolara mengalami kerugian senilai satu milyar. Demikian kesaksian Direktur PT Rerolara Hokeng, Rm. Eman Temaluru, Pr dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Larantuka, Selasa(5/4) lalu.
Romo Eman mengatakan, bermula dari mendengar cerita sepintas, tatkala dirinya tiba di pelabuhan Larantuka, bahwa ada pengiriman kopi Hokeng ke Semarang, menggunakan KMP Sirimau. Cerita itu pun tidak digubrisnya, lantaran tidak ada kaitannya dengan wilayah tugasnya. Tapi ketika  mendapat kepercayaan Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr menjadi Direktur PT Rerolara Hokeng, semakin jelas, bahwa dirinya mengetahui riwayat pengiriman kopi, hingga saat ini. “PT. Rerolara tidak menerima sepersen pun uang atas transaksi jual beli 50 ton kopi tersebut,” katanya.
Ketika Romo Eman mengatakan, sejak diangkat menjadi Direktur PT. Rerolara Hokeng, pada 24 Mei 2010, dirinya mulai mendalami dan mempelajari riwayat kejadian transaksi tersebut. Bermodalkan laporan yang ditinggalkan mantan direktur, pendahulunya, serta sumber - sumber yang diperoleh dari perusahaan lainnya, Romo Eman lantas mengambil sikap. Persoalan ini tidak bisa dianggap tidak serius. Dokumen gudang lalu ditelusurinya. Dari data gudang kopi didapatkan kisah bahwa ditanggal 19 Nopember 2008, sebanyak 903 karung kopi Hokeng (50 ton ) dikeluarkan dari gudang untuk selanjutnya dibawa ke Semarang.
Berbekalkan surat perintah keluarkan barang dari Direktur PT (waktu itu), Bobi Beoang pun menuju gudang di temani oleh Rm. Lukas. Bobi lalu mengurus kelancaran pengeluaran hingga keberangkatan kopi ke Semarang. Soal harga, Romo Eman serta merta mengungkapkan  Rp 20.000/kg. Namun beberapa minggu kemudian,Bobi menginformasikan harga kopi tersebut turun karena kopi milik PT tersebut tidak bagus. “Kopi segera diberangkatkan ke Semarang karena harganya sedang bagus,” tutur Romo Eman, mengutip laporan mantan Direktur Perusahaan milik Keuskupan Larantuka itu.
Semakin banyak menemukan kejanggalannya, mantan Ekonom Keuskupan itu lantas meminta bukti terkait kondisi kualitas kopi PT yang berdampak pada penurunan harga.  Hasil penjualannya pun tak lupa dimintanya. Namun hingga kini belum ada pertanggungjawaban dari saudara Bobi, meskipun dirinya berkali-kali membangun komunikasi, pendekatan secara kekeluargaan, lewat surat mengundang saudara Bobi untuk membicarakan persoalan itu secara kekeluargaan. Bahkan Romo Eman mendapat ancaman.
Romo Eman menuturkan, ihkwal ’penggelapan’ 50 ton kopi itu lalu dilaporkan Direktur muda itu kepada Komisaris PT Rerolara Hokeng, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr. Dari Komisaris, dirinya, mendapatkan lembaran laporan tentang kopi itu. Laporan yang tidak mencantumkan nama pelapor serta tanpa tandatangan. Dari Komisaris, dirinya mendapatkan informasi, bahwa laporan tersebut dibuat oleh saudara Bobi. Semakin heran dengan keganjilan - keganjilan tersebut, dirinya lalu melakukan pencekingan demi mencocokkan kebenaran laporan Bobi tersebut.
Markas pembeli didatangi Direktur PT itu. Soso, demikian nama pengusaha tujuan kopi yang dibawa Bobi, berhasil ditemui Romo Eman Temaluru. Soso mengaku telah menerima 50 ton kopi tersebut, namun karena memiliki kadar asam yang tinggi maka harga kopi mengalami penurunan. Lagi-lagi Romo Eman meminta bukti kandungan asam tersebut. Soso menolaknya. Bahkan Soso pun tidak mengijinkan Romo Eman untuk mengecek gudang penyimpanan kopi miliknya. Sedangkan soal pembayarannya, Soso seperti yang ditegaskan Romo Eman dalam kesaksiannya itu mengaku telah dibayar dan diserahkan kepada saudara Bobi. ****
Ditulis olehg: eman niron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar