SAAT ini kegiatan ketatausahaan di SMP Negeri 2 Nangaroro yang berlokasi di Koekobho Desa Utetoto, Kecamatan Nangaroro, masih menggunakan mesin ketik. Keadaan ini berbanding terbalik dengan tuntutan kebutuhan di era yang dibilang modern ini. Banyak sekolah sudah menggunakan komputer, namun, sekolah yang dipimpin oleh Wilhelmus Weke, S.Pd, sebagai kepala sekolah ini masih mengandalkan mesin ketik yang hasil tulisannya serba kabur dan sulit dibaca. Selain miskin sarana tata usaha, sekolah ini berada jauh di pedalaman Koekobho. Untuk mencapai desa ini hanya bisa mengandalkan jasa ojek karena kondisi jalan yang rusak parah dan itu pun kalau musim kemarau. Di musim hujan, para guru dan siswa harus berjalan kaki.
Minimnya sarana tata usaha disampaikan Ketua BPD Desa Utetoto, Paulus Pio kepada Bupati Nagekeo, Drs. Yohanes Samping Aoh, saat bertatap muka dengan masyarakat di Nangaroro beberapa waktu lalu dalam suatu kunjungan kerja.
Menurut Paulus Pio, selama dua tahun berturut-turut, prosentase kelulusan di SMPN 2 Nangaroro selalu seratus persen. Hasil ini diperoleh dengan kerja keras ;para guru, siswa dan komite. Namun, sekolah ini tak punya generator serta komputer.
“Bagaimana anak-anak kami mau disamakan dengan sekolah lain? Tolong bantu kami tiga unit komputer dengan generator supaya anak-anak bisa belajar. Selama ini untuk ketik soal ujian saja pakai mesin ketik yang tulisannya kabur, “pinta Ketua BPD Utetoto.
Paulus Pio menambahkan, keberhasilan 100 persen kelulusan selama dua tahun terakhir juga atas dukungan masyarakat yang membangun asrama bagi anak sekolah yang hendak mengikuti ujian nasional.
Sementara itu, Kepala Desa Bidoa Ferdinandus Bana May, kepada Bupati Nagekeo mengusulkan untuk dibangun satu unit sekolah baru yakni SMK Pertanian dan Peternakan di Aegela. Menurut Ferdinandus, daerah Bidoa dengan hamparan padang sangat sosok untuk pengembangan ternak, namun, selama ini dilakukan secara tradisional karena kurangnya pengetahuan. Untuk bisa membudidayakan ternak dan mengelola lahan pertanian secara baik maka membutuhkan transformasi pengetahuan melalui SMK Pertanian dan Peternakan.
Terhadap permintaan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Nagekeo, Dra. Yuliana Lamury, M.Pd, mengatakan, komputer saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting. Era sekarang adalah era teknologi komputer. Pihaknya akan berupaya memberikan komputer bila ada anggaran yang dialokasikan untuk itu. Sedangkan permintaan soal bangun USB SMK di Aegela, menurut Kadis PPO Nagekeo, pemerintah saat ini memang memberikan prioritas pendirian sekolah SMK yang diperuntukan bagi masyarakat untuk menempuh sekolah pendek karena ekonomi yang pas-pasan. Syarat pendirian USB SMK adalah lahan seluas 3 Ha bagi pengembangan sekolah, status tanah harus clear and clean, tanah tidak jurang agar tidak menimbulkan high cost karena bisa berdampak pada pematangan, kemiringan lahan tidak boleh lebih dari 30%, harus ada jalan ke lokasi, harus ada jaringan listrik, dekat pemukiman, ada kios sekitar lokasi sekolah dan harus ada alternative tanah cadangan bagi pembangunan sekolah.
Selain menjelaskan syarat formal bangun sekolah baru, pada saat yang sama juga Kadis PPO Nagekeo menjelaskan tentang persyaratan pembangunan SMP Negeri Satu Atap. Syaratnya adalah harus ada SD terlebih dahulu. Di lokasi SD tersebut dibangun Sekolah Satu Atap atau Satap dalam satu hamparan lokasi dan dalam satu komite.
“Kalau sudah ada SMP Negeri di sekitar SD tersebut maka tidak bisa dibangun Satap. Selain itu, jarak antara satu Satap dengan Satap yang lainnya adalah paling kurang enam kilo meter, “jelasnya.
Di samping USB SMK dan Sekolah Satu Atap, Kadis Yuliana Lamury juga menjelaskan syarat formal pendirian SD filial atau jarak jauh. Menurutnya, jarak untuk mendirikan SD filial ke sekolah induk paling kurang tiga kilo meter, ada sungai, jalan raya besar, jurang yang bisa menghalangi siswa ke sekolah dan harus ada murid pendukung. Selain itu, harus diketahui berapa banyak pasangan usia subur di desa yang bisa melahirkan anak dan syarat utama lainnya adalah tersedianya tanah yang tidak ada persoalan serta mendapat dukungan masyarakat yang akan terlibat aktif dalam pembangunan dan pengembangan sekolah.
Di tempat yang sama, Bupati Nagekeo, Drs. Yohanes Samping Aoh, mengatakan, permintaan komputer memang perlu dipertimbangkan untuk diberikan. Diakuinya, pembangunan SMPN 2 Nangaroro awalnya tanpa tanpa adanya suatu perencanaan yang bagus. Seharusnya, lokasi yang hendak dibangun sekolah harus ada jaringan listrik sehingga bisa mengoperasikan komputer.
“Kalau komputer menggunakan genset itu kurang baik. Arus listrik pada genset itu kurang stabil, kadang naik turun dan ini bisa merusak komputer. Dinas PPO harus berpikir bagaimana ke depan sekolah ini diberikan komputer, “ujarnya.
Di bagian terpisah, Kepala SMP Negeri 2 Nangaroro, Wilhelmus Weke, S.Pd, membenarkan bahwa di sekolahnya tak ada komputer dan generator. Ia berharap ke depan pemerintah bisa membantu sekolahnya dengan beberapa unit komputer dan generator. รจ sil aegela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar