* Budayakan Konsumsi Makanan Lokal
foto: Bupati Nagekeo, Drs. Yohanes S.Aoh bersama Ibu Mastiur Magdalena Panggabean.
BAGI masyarakat yang berdiam dan bercocok tanam di kaki dan lereng Gunung Ebulobo selama ini sudah banyak menikmati kemurahan Tuhan melalui tersedianya tanah yang subur, hawa yang sejuk serta ketersediaan air tanah yang cukup memadai. Di samping memanfaatkan potensi sumber daya alam tersebut, warga diminta untuk menjaga dan melestarikan kawasan Ebulobo agar tidak erosi atau terjadinya degradasi hutan. Permintaan ini disampaikan Bupati Nagekeo, Drs. Yohanes Samping Aoh, saat bertatap muka dengan masyarakat Kecamatan Boawae di Boawae belum lama ini dalam suatu kunjungan kerjanya.
Menurut Bupati Nagekeo, kawasan Ebulobo secara geografis berada pada kawasan dengan tingkat kemiringan yang cukup tajam, sebab, berada tepat di kaki Gunung Ebulobo. Kondisi ini sangat memanjakan penduduk dengan cuacanya yang sejuk, tanah yang subur dan ketersediaan air tanah sepanjang musim. Namun, Bupati mengingatkan, keadaan ini dapat pula berpotensi menjadi sumber bencana banjir dan tanah longsor yang amat sangat mengerikan bagi penduduk manakala alam yang subur hasil pemberian Tuhan itu dirusaki manusia dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Karena itu kepada masyarakat, Bupati Nani Aoh menghimbau, untuk menjaga dan memelihara hutan lindung Kawasan Ebulobo. Kepada aparat keamanan dalam kendali Tripika, ia meminta untuk memberikan perhatian yang serius terhadap pengamanan kawasan Gunung Ebulobo.
“Kita harus komit untuk melakukan gerakan perlindungan dan pelestarian terhadap kawasan Ebulobo yang menjadi daerah peresapan yang mengirim air bersih ke seluruh penjuru Nagekeo dan dinikmati oleh masyarakat kita. Melalui saudara camat, para kepala desa dan lurah dan para tokoh masyarakat dan guru serta kepala sekolah, saya instruksikan agar pada setiap musim hujan tiap orang bertanggung jawab untuk menanam satu pohon tanaman umur panjang, “himbau Nani Aoh.
Dikatakannya, jika himbauan tersebut diindahkan, maka pada tahun ini akan tertanam secara swadaya sebanyak 33 ribu pohon di Kecamatan Boawae sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk saat ini. Bila hal ini juga dilakukan di semua kecamatan maka setiap tahun kita akan menghasilkan jutaan pohon dan ini sangatlah baik bagi pelestarian alam kita sekaligus menghindarkan kita semua dari ancaman bahaya bencana banjir, erosi dan tanah longsor.
Stop Pesta Pora!
Di samping masalaj pelestarian kawasan Ebulobo, saat bertatap muka dengan masyarakat Kecamatan Boawae, Bupati Nagekeo, juga menyentil perilaku masyarakat yang selalu mengadakan pesta pora. Ada masyarakat yang memaksakan diri untuk menggelar pesta supaya dibilang mampu. Hal ini sangat tidak baik dan hanya akan memiskinkan kita. Ia menghimbau agar kebiasaan ini dihentikan demi perbaikan ekonomi dan kesejahteraan hidup masyarakat.
“Saya patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Boawae yang dalam banyak hal cukup proaktif mendukung dan menyukseskan berbagai program pemerintah. Dalam sejumlah keberhasilan yang telah diraih saya tetap meminta perhatian agar tidak menihilkan kembali berbagai kesuksesan itu dengan tradisi pesta pora yang konsumtif. Pesta pora hanya akan menjerumuskan masyarakat dalam jurang kemiskinan. Untuk itu, kepadaForkaub yang terus menggagas pembatasan waktu pesta hanya sampai jam dua belas malam termasuk merancang menu-menu yang sehat dan hemat sesungguhnya bagian dari upaya konstruktif untuk membantu masyarakat. Saya ajak kita semua untuk terus menggali kiat-kiat baik bagi peningkatan kesejahteraan hidup kaum petani, “ujar Bupati memberikan motivasi.
Sementara itu di bidang ketahanan pangan, Bupati Nagekeo, mengajak seluruh masyarakat untuk mengusahakan dan mengkonsumsi pangan local. Pangan local yang dimaksudkannya adalah ubi, jagung, pisang rebus, dan sayur-sayuran yang mudah tumbuh di kebun-kebun. Pada kesempatan tersebut, Bupati Nani Aoh, mengulangi pernyataan Gubernur NTT, Drs. Frans Leburaya yang mengatakan agar satu hari dalam setiap minggu kita wajib mengkonsumsi makanan local. Hal ini perlu ditindak-lanjuti bahkan tidak ada salahnya untuk kita setiap hari mengkonsumsi makanan dengan sajian menu local yang harganya tidak mahal dan mudah didapat. Kalau bukan kita sendiri yang bangga mengkonsumsi makanan local maka siapa yang akan menbanggakannya, dan kalau bukan sekarang kapan kita memulainya?
Bupati Nagekeo, menjelaskan, hingga saat ini jumlah penduduk Kabupaten Nagekeo sebanyak 33.888 jiwa atau sekitar 80% adalah petani. Dari total jumlah penduduk tersebut, terdapat 2.745 KK miskin. Dari data ini menunjukan bahwa manakala kehidupan para petani baik maka mayoritas penduduk Kabupaten Nagekeo akan baik pula. Namun, fakta menunjukan bahwa profesi petani identik dengan kelompok miskin dan berpenghasilan rendah. Untuk mengatasinya, kata Bupati Nagekeo, pemerintah terus meluncurkan berbagai program untuk mengatasi permasalahan kemiskinan antara lain secara konsisten terus meningkatkan perluasan lahan pertanian dan lahan irigasi pertanian diantaranya Mbay kiri misalnya. Pemerintah terus menambah jumlah pembangunan embung-embung sebagai sarana penampung air alternative untuk mengairi sawah-sawah di berbagai pelosok Kabupaten Nagekeo. Di samping itu, pemerintah juga menggulirkan program 234 yang telah disambut baik di Boawae terutama di Desa Kelimado. Pemerintah juga terus mengusahakan bibit-bibit unggul bagi para petani, digalakannya berbagai pelatihan guna menambah pengetahuan para petani maupun para tenaga penyuluh pertanian. Tidak sampai di situ saja, Pemerintah Kabupaten Nagekeo, jelas Bupati Nani Aoh, terus berupaya melakukan pengadaan pupuk yang murah dan masih banyak lagi program yang bertujuan meningkatkan kwalitas hidup para petani. Ditambahkannya pula, pemerintah juga berupaya mendatangkan bibit mangga madu atau arumanis dalam jumlah yang cukup besar untuk membantu para petani kita. Berbagai upaya tersebut, lanjutnya, senata-mata bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
Laporan sil nusa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar