SECARA bertahap luas lahan kritis di wilayah Kabupaten Nagekeo akan berkurang seiring kreatifitas masyarakat yang dimotori Dinas Kehutanan untuk melakukan penanaman pohon. Sekedar tahu saja, saat ini luas lahan kritis Kabupaten Nagekeo adalah 62.082 Ha atau 43,81% dari luas wilayah Kabupaten Nagekeo. Gerakan menanam pohon yang dilakukan sebenarnya betujuan untuk menjamin keberadaan hutan, meningkatkan daya dukung derah aliran sungai (DAS) serta menjaga keseimbangan hutan sebagai paru-paru dunia sebagaimana amanat UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Gerakan penanaman pohon ini sebelumnya sudah dicanangkan Pemerintah Kabupaten Nagekeo di Desa Tenga Tiba, Kecamatan Aesesa Selatan beberapa waktu lalu. Pelaksanaan pencanangan gerakan menanam nasional dilakukan oleh Wakil Bupati Nagekeo, Drs. Paulus Kadju, yang dihadiri para camat, kepala desa dan lurah serta masyarakat dan para pejabat eksekutif.
Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Kabupaten Nagekeo, Drs. Pius Mare, dalam laporannya saat itu, mengatakan, Kabupaten Nagekeo dengan luas wilayah 141.696 Ha memiliki peluang untuk pengembangan di bidang kehutanan dengan potensi kawasan hutan seluas 31.882,80 Ha. Potensi kawasan hutan itu terdiri dari hutan produksi seluas 8.148,80 Ha, hutan lindung 2.418 Ha, hutan produksi terbatas 20.091 Ha dan hutan mangrove 1.225 Ha. Dari luas wilayah Kabupaten Nagekeo secara keseluruhan, masih terdapat lahan kritis seluas 62.082 Ha. Lahan kritis ini terdiri dari lahan kritis dalam kawasan hutan 19.895 Ha dan di luar kawasan hutan seluas 42.187 Ha. Dari statistik data tersebut menunjukan bahwa peran hutan sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup sebagai pengatur air. Berkaitan dengan hal tersebut, kata Kadishut Nagekeo, pemerintah menetapkan visi pembangunan kehutanan yakni terwujudnya fungsi hutan yang optimal dan lestari berbasis masyarakat kreatif. Visi tersebut dijabarkan ke dalam lima misi kehutanan; Pertama, menjamin keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional agar dapat berperan optimal. Kedua, merehabilitasi dan meningkatkan potensi hasil hutan baik dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Ketiga, meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai. Keempat, mendorong dan memfasilitasi peran masyarakat dalam pelestarian sumber daya alam hutan, tanah dan air. Kelima, membangun kesejahteraan masyarakat berdasarkan rasa kebersamaan dan solidaritas.
Sebagai implementasi dari misi tersebut, jelas Kadishut Pius Mare, maka dalam tahun 2010 ini, Dinas Kehutanan telah melakukan upaya pengurangan lahan kritis dengan program rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan; pembuatan hutan rakyat 300 Ha, rehabilitasi mangrove 40 Ha, pengembangan gaharu 19.200 batang atau setara dengan 48 Ha, pengembangan jati unggul 2.500 anakan atau setara dengan 6,25 Ha, one man one tree 40.920 batang atau setara dengan 102,3 Ha dan gerakan menanam nasional 2,5 Ha.
Dari kegiatan tersebut, jelas Pius Mare, Dinas Kehutanan telah melakukan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 499.,05 Ha atau 0,80% dari luas lahan kritis yang ada. Sehingga lahan kritis yang masih perlu mendapat perhatian untuk penanganannya seluas 61.582,95 Ha. Di samping program rehabilitasi hutan dan lahan melalui APBNP dialokasikan dana sebesar Rp 1,5 M untuk kegiatan pembuatan kebun bibit rakyat (KBR) sejumlah 30 unit. Di tiap unit dialokasikan benih yang akan menghasilkan bibit sebanyak 50.000 anakan. Dengan demikian, total persediaan anakan yang akan ditanam pada tahun 2011 sejumlah 1.500.000 batang atau setara dengan 3.750 Ha.
Terkait dengan pencanangan gerakan menanam nasional tersebut, kata Kadishut Pius Mare, bermaksud untuk menumbuh-kembangkan semangat sadar lingkungan kepada masyarakat melalui penanaman pohon sebagai upaya mengurangi dampak pemanasan global. Ada empat tujuan dari gerakan menanam nasional ini. Pertama, menciptakan situasi masyarakat yang sadar lingkungan dengan gemar menanam pohon, mewujudkan fungsi hutan sebagai daerah konservasi dan pelestarian sumber daya alam, mengurangi luas lahan kritis, mengurangi dampak pemanasan global atau global warming.
Pencanangan gerakan ini, lanjutnya, dilaksanakan lahan milik masyarakat seluas 2,5 Ha yang ditanami 3.000 batang anakan kayu dengan rincian Mahoni 1.500 anakan, jati putih 1.500 anakan. Sementara pada tingkat kecamatan dilakukan dengan cara pembagian anakan kayu secara langsung kepada kelompok penerima dari program rehabilitasi hutan dan lahan yang bersumber pada dokumen pelaksanaan anggaran tahun 2010 dari kegiatan one man one tree. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini selain yang telah disebutkan di atas adalah pimpinan dan anggota DPRD Nagekeo, muspida, pimpinan SKPD, anggota Korpri, TP PKK, Dharma Wanita Persatuan, guru dan pelajar, para KRPH dan masyarakat Desa Tengatiba, Kecamatan Aesesa Selatan. Gerakan penanaman sejuta pohon ini sebenarnya disatukan dengan perayaan HUT KORPRI yang ke-39. รจ sil aegela, anton moti
Mau bonus menarik untuk permainan Live casino?
BalasHapusMulai dari harian , mingguan hingga bulanan?
Jangan binggung kawan mari join saja bersama kami di WINNING303
Informasi Lebih Lanjut, Silakan Hubungi Kami Di :
- WA : 0877 8542 5244
Melayani LiveChat 7 x 24 Jam Nonstop