· Rabat beton 300 meter dibangun tidak pada segmen kritis
Pertumbuhan ekonomi rakyat akan meningkat ketika akses jalan di perhatikan oleh pemerintah. Namun sayangnya ketika akses jalan tersebut tidak dikerjakan sesuai perencanaan. Masih banyak kondisi jalan di Kecamatan Aimere yang sangat memprihatinkan. Masih ada hati kah pemerintah melihat kondisi tersebut sebagai titik dasar untuk membangun ekonomi rakyat? Siapakah yang salah dengan kondisi jalan yang ada di Desa Waebela, Dusun Delawawi tersebut? Tentu para pihak yang bertanggungjawab terhadap pembangunan jalan.
Hasil infestigasi Flores File belum lama ini di Waebela Kecamatan Aimere, ibarat mimpi baik, sehingga saat ini warga Dusun Delawawi Desa Waebela bisa melihat kendaraan roda 2 dan roda 4. Hal itu diakibatkan oleh kondisi jalan yang rusak berat, bahkan jauh dari perhatian pemerintah. Ruas jalan yang menghubungkan Waebela-Delawawi sekitar 3 km, sering dipugar, baik oleh pihak warga setempat maupun pihak pemerintah, tapi belum maksimal. Bahkan batuan pihak pemerintah terkadang digunakan demi kepentingan pihak-pihak tertentu atau orang dalam. Sehingga apa yang dibangun tidak bertahan lama.
Menurut para tokoh masyarakat Waebela, Paulus Dopo (Ketua Suku Pora), kepada wartawan mengatakan, ada sekian banyak rekanan sudah menangani pembangunan jalan Waebela- Delawawi, tapi biasanya bangunan tersebut tidak bertaha lama. Rupanya kontraktor yang mengerjakan jalan itu tidak punya pengalama di bidang jalan, atau mereka sudah main mata dengan pihak-pihak terkait, ataukah permainan orang dalam.
Sedangkan Kepala Dusun Delawawi, Yohanes Kolo dan Nikolaus Rimo Ketua l LKMD Desa Waebela, di tempat yang sama, mengatakan, setiap proyek yang masuk ke wilayah Dusun Delawawi, tidak pernah melaporkan atau menginformasikan kepada aparat pemerintah terendah.
Hal yang sama juga pernah terjadi pada tahun sebelumnya, pengerjaan rabat beton tidak dikerjakan pada segmen yang sangat kritis. Seharusnya dibangun pada medan yang sulit dan kritis. Masyarakat sangat kecewa dengan pengerjaan rabat beton tersebut. Pengerjaan rabat sebelumnya dilakukan dari Puu Wodo hingga Tolowodo tidak pada segmen dan medan yang kritis. “Kami juga mengharapkan agar ada survey awal dari instansi terkait, dan masyarakat perlu dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga pemeliharaan. Kebiasaan-kebiasaan dulu tolong dibuang! Sehingga warga disini jangan dijadikan penonton,” jelas Kolo yang diamini oleh Rimo.
Sementara itu, Kades Waebela, Edmundus Neno Djawa, yang ditemui terpisah kepada Flores File, mengatakan, bahwa benar rabat beton itu dikerjakan tidak pada posisi kritis dan kemungkinan jika diukur tidak sampai 300 meter. Beberapa kali ruas jalan Waebela-Delawawi sudah pernah dikerjakan, tetapi semua dikerjakan oleh kontraktor dengan pola yang sangat tertutup. “Kami pihak pemerinth desa tidak pernah diberitahu. Bahkan papan proyeknya tidak terlihat, “urai Kades Waebela ini.
Kades Neno juga mengharapkan, agar pemerintah kabupaten dan kecamatan jangan melihat ruas jalan tersebut dengan sebelah mata, karena hasil komoditi berupa kemiri, kakao dan jambu mente di daerah Delawawi cukup menjanjikan. Selama ini warga mendistribusikan hasil buminya, secara manual. Mudah-mudahan dalam tahun ini bisa ada subsidi dana, agar jalan Waebela-Delawawi bisa dikerjarkan.
Mengenai pengerjaan rabat beton 300 meter yang dikerjakan oleh CV. Bakti Jaya dengan lebar rata-rata 3,5 meter. Ketika dikonfirmasikan kepada Dinas PU, Kepala Dinas, Tewe Silvester, belum lama ini di ruang kerjanya, menjelaskan bahwa ada informasi dari salah seorang stafnya (kini staf itu di Dinas Sosnakertrans), untuk pengerjaan rabat beton di Desa Waebela, dibangun sudah tepat pada segmen yang kritis. Dan pengerjaanya sudah sesuai volume.
Dia juga mengatakan program jalam Waebela-Delawawi, tetap ada dalam perencanaan, haya saja soal dananya masih dilihat lagi. “Tapi untuk ke depan tetap ada dana untuk program pengerjaan ruas jalan tersebut. Jadi warga diharapkan agar tetap bersabar,”kata Kadis Tewe. ****
Oleh: Paskalis Ima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar